Thursday, January 16, 2020

Bibir



Biadab




Begadang


Eternal Rival


"Meskipun aku ingin, kau dan aku, takkan bisa bersatu. Aku dan kau adalah rival! Rival sejati. Untuk itulah! Lupakan apapun yang sudah kulakukan padamu! Pergi! Pergi dari hadapanku dan jangan pernah menampakkan dirimu di depanku lagi! Apa kau sudah mengerti sekarang?!" 

Ahjumma in My Lesson



“Jeoseonghamnida, Seonsaengnim!” ucap seorang murid SMA yang sudah berdiri di depan pintu. Ia menunduk sembilan puluh derajat begitu pria yang dipanggilnya guru itu berbalik menatapnya. “Saya terlambat,” sambungnya lagi. Pria itu hanya tersenyum sedikit dan mengisyaratkannya untuk langsung masuk saja.

Epilog Korek Ati


Bruk!

“Ah, gomenasai (maaf),” ujar laki-laki ini sambil menunduk. Tapi ia berlalu begitu saja. Padahal aku belum sempat membalas permintaan maafnya barusan. Setidaknya aku sudah sempat melihat wajahnya.

Korek Ati (End)


Matahari sudah seperempat meninggalkan puncak langit. Beberapa perkuliahan sudah berakhir. Tapi ada juga yang lagi apes dapat kuliah sore. Termasuk kelas Falin. Dosennya memang belum datang. Tapi mereka tidak bisa pulang. Dosennya sudah berpesan pada ketua kelas untuk menunggu sampai setengah empat. Terpaksa mereka semua tetap menunggu di dalam kelas.

Timeline Book



Hujan baru saja reda. Tapi air-air dari atap bangunan masih berjatuhan. Karenanya beberapa genangan air terbentuk. Hujan tadi cukup deras. Tapi langit kelihatan begitu cerah sekarang. Awan-awan hitam tadi sudah berpencar semua. Masih ada beberapa awan putih yang bersemburat di langit biru. Hingga panasanya mentari terasa mulai menyengat.

Flash Back End


Keluar dari kamar Sandi, Derwan menghela nafasnya. Kepalanya menggeleng lemah saat Army bertanya padanya, “Gimana?”

“Dia bener-bener udah pulang duluan. Petugas villa dapet pesen dari dia, katanya kita boleh tinggal selama yang kita mau,” jelas Derwan lagi. Gantian Army yang menghela nafasnya. Sementara Derwan mencoba mengontak Sandi lagi, ia menatap Falin yang hanya duduk di atas sofa. Bagaimana cara menggambarkan ekspresi bocah itu sekarang? Ia hanya menatap layar ponselnya. Tapi Army yakin, ia tidak benar-benar fokus dengan benda itu. Setelah pertengkarannya dengan Sandi semalam, Falin jadi pendiam sekali. Wajah cerianya yang biasanya selalu nyantol di sana sama sekali tidak ada.

Mengambil Mimpi Orang Lain


 Penghujung semester empat. Tidak ada kuliah, hanya sedikit kegiatan yang harus dirampungkan di hima. Sandi juga tak terlalu aktif di hima jurusannya sendiri. Cintanya sudah ia curahkan semua ke Korek Ati. Paling-paling dia datang kalau dibutuhkan saja. Selebihnya, ia akan mengungsi ke studio. Kalaupun hanya untuk sekedar tidur, dia pasti akan lebih sering di sana.